
Kedudukan Kalimat Tauhid “Lā ilāha illallāh” dalam Islam
Sesungguhnya kalimat tauhid (Lā ilāha illallāh) adalah kalimat ikhlas, kalimat kebenaran, dan persaksian yang benar.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya : “Dan jika bukan karena orang-orang yang diseru itu memiliki syafaat, kecuali orang yang bersaksi dengan kebenaran sedang mereka mengetahui.” (Az-Zukhruf: 86)
Maksud dari “dengan kebenaran” adalah dengan Lā ilāha illallāh, yaitu mereka bersaksi dengan kebenaran itu, sedang mereka mengetahui dengan hati mereka apa yang mereka ucapkan dengan lisan mereka.
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata: “Mereka itulah orang-orang yang bersaksi dengan {persaksian yang benar}, yaitu mereka mentauhidkan Allah, mengikhlaskan diri kepada-Nya dengan tauhid.”
Al-Baghawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud {persaksian yang benar} adalah ucapan Lā ilāha illallāh, kalimat tauhid, dan mereka mengetahuinya, yaitu hati mereka mengetahui apa yang mereka saksikan dengan lisan mereka.”
Al-Allāmah Abdurrahman bin Nāshir As-Sa’dī rahimahullah berkata: {Kecuali orang yang bersaksi dengan kebenaran} yaitu mengucapkan dengan lisannya, membenarkan dengan hatinya, memahami apa yang ia persaksikan. Dan disyaratkan agar persaksiannya itu merupakan {persaksian yang benar}, yakni hendaknya ia bersaksi kepada Allah tentang keesaan-Nya, dan kepada Rasul-Nya tentang kenabian dan kerasulannya, serta membenarkan dengan benar pokok-pokok, cabang-cabang, hakikat, dan syariat-syariat agama yang disampaikan olehnya. Maka mereka itulah orang-orang yang bermanfaat bagi mereka syafaat orang-orang yang memberi syafaat, dan mereka itulah orang-orang yang meraih pahala dan ganjaran dari Allah.
Kalimat Tauhid adalah Seruan yang Benar
Kalimat tauhid adalah seruan yang benar, sedangkan selainnya adalah seruan yang batil.
Allah Ta’ala berfirman artinya: “Bagi-Nya (hanya bagi Allah) seruan yang benar.” (Ar-Ra’d: 14)
Imam Ath-Thabari rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan {seruan yang benar} adalah tauhid kepada Allah dan persaksian Lā ilāha illallāh.”
Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā berkata: “{Seruan yang benar} adalah Lā ilāha illallāh.”
Ali radhiyallāhu ‘anhu dan Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā berkata: “Makna firman Allah: {Bagi-Nya seruan yang benar} adalah persaksian bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang berhak disembah selain Allah.”
Kalimat Tauhid adalah pernyataan berlepas diri dari kesyirikan
Kalimat tauhid adalah pernyataan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.
Allah Ta’ala berfirman: “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari kalian, dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan serta kebencian untuk selama-lamanya, hingga kalian beriman kepada Allah semata.” (Al-Mumtahanah: 4)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan firman Allah Ta’ala diatas: “{Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.} Maksudnya: kepada Ibrahim dan para pengikutnya yang beriman bersamanya. {Ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian.} Maksudnya: kami berlepas diri dari kalian. {Dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami ingkari kalian.} Maksudnya: kami menolak kalian dan agama kalian serta jalan (keyakinan) kalian. {Dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya.} Maksudnya: telah disyariatkan permusuhan dan kebencian selamanya. Yakni, kami berlepas diri dari kalian, selama kalian masih berada dalam kekafiran. Maka kami berlepas diri dari kalian dan membenci kalian karna kekafiran kalian.“
- Benci disini, bukan berarti memusuhi, memukul, mengumpat ya, tapi benci disini hanya dalam hati.
Kalimat Tauhid adalah Kalimat Taqwa
Allah Ta’ala berfirman: {Ketika orang-orang kafir menanamkan kesombongan di hati mereka, yaitu kesombongan jahiliyah, maka Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin, dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa. Mereka lebih berhak terhadapnya dan ahlinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.} (Al-Fath: 26)
Ath-Thufail bin Abi Ka’b meriwayatkan dari ayahnya, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa.”
Beliau bersabda: “Lā ilāha illallāh.”