Yayasan Minhajus Sunnah

Manzilah Kalimat Tauhid Laa ilaaha Illallah – Pertemuan ke 3

 

1. Dengan kalimat tauhid Allah menciptakan langit dan bumi

Penciptaan langit dan bumi bukanlah sesuatu yang sia-sia, melainkan ia lahir dari kehendak Allah untuk menegakkan hujjah atas keesaan-Nya. Langit yang bertingkat-tingkat, matahari yang terbit dan terbenam pada waktunya, bulan yang beredar dengan teratur, bumi yang subur dengan gunung sebagai pasaknya, serta segala makhluk yang hidup di dalamnya—semuanya menunjukkan bahwa Allah-lah satu-satunya Pencipta.

Allah berfirman:

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dengan main-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq (kebenaran), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Ad-Dukhān: 38–39).

Kalimat tauhid tercermin dalam keteraturan ciptaan ini. Tidak mungkin ada dua tuhan yang sama-sama mencipta, sebab yang terjadi hanyalah kerusakan dan kekacauan. Karena itu, alam semesta ini menjadi bukti nyata tauhid rububiyyah, bahwa hanya Allah yang berhak dipuja dan diagungkan. Maka tujuan manusia diciptakan di dalam bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah semata, sebagaimana firman-Nya:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzāriyāt: 56).

2. Dengan kalimat tauhid Allah mengutus Rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya

Setelah Allah menegakkan hujjah melalui ciptaan-Nya, Dia juga mengutus para rasul sebagai pembawa risalah tauhid. Sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad ﷺ, misi mereka satu: menyeru manusia agar menyembah Allah semata. Tidak ada nabi yang diutus membawa agama berbeda-beda dalam tauhid, semua sama, hanya syariatnya saja yang berbeda sesuai kebutuhan umatnya.

Allah berfirman:

“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah saja, dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl: 36).

Kitab-kitab yang Allah turunkan pun memiliki inti yang sama, yaitu menjaga dan menguatkan kalimat tauhid. Taurat diturunkan kepada Musa, Zabur kepada Dawud, Injil kepada Isa, dan Al-Qur’an kepada Muhammad ﷺ—semuanya mengajak manusia untuk kembali kepada ibadah hanya kepada Allah. Bahkan Al-Qur’an menegaskan:

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku.’” (QS. Al-Anbiyā’: 25).

Inilah yang disebut tauhid uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa inti dakwah para nabi adalah kalimat لَا إِلٰهَ إِلَّا الله. Maka jelaslah, risalah dan kitab yang diturunkan oleh Allah hanyalah sarana untuk menjaga kemurnian tauhid di tengah manusia, agar mereka tidak terjerumus ke dalam syirik dan kesesatan.

Tinggalkan Komentar